Pemerintah Provinsi Sulsel mengoptimalkan pemeriksaan hewan kurban jelang Idul Adha di 24 Kabupaten/Kota, untuk mengantisipasi munculnya penyakit hewan termasuk antraks.

Kepala Sub Kesehatan Hewan Dinas Peternakan Sulawesi Selatan Muhammad Kafil mengatakan, hewan kurban dari dalam dan dari luar Sulawesi Selatan perlu diperiksa sebelum turun ke pasaran, tidak menutup kemungkinan ada yang terserang penyakit."Kami berharap hewan kurban berpenyakit tidak ada yang lolos ke Sulawesi Selatan," ungkapnya saat dihubungi Tempo, Minggu (8/11).

Muhammad mengatakan, pemeriksaan yang dilakukan pemerintahan setiap tahunnya cukup ketat. Sehingga indikasi adanya penyakit hewan termasuk antraks tidak pernah ditemukan. Kalaupun ada yang ditemukan hewan yang sakit, tidak boleh dipasarkan. "Diberi obat dan dikembalikan ke daerah asal ternak," terangnya.

Lanjut Muhammad, Petugas kesehatan dan alat pemeriksaan disiapkan di masing-masing daerah. Mereka telah bekerja beberapa pekan terakhir untuk mencegah hewan berpenyakit. "Sejauh ini belum ada temuan hewan berpenyakit," terangnya.

Direktur Utama Perusahaan Daerah Rumah Potong Hewan Makassar, Sudirman mengaku telah menyiapkan tempat pemotongan dan penampungan untuk 500 hewan kurban. Di tempat itu, hewan kurban mendapatkan pemeriksaan intensif dari petugas kesehatan pemerintah sebelum dipasarkan. "Sejauh ini, kondisi hewan kurban yang kami tampung cukup sehat," terangnya.

Setiap tahunnya, tempat penampungan tersebut diisi 1000 hewan kurban yang masuk secara bergantian. Hewan kurban tersebut berasal dair berbagai daerah seperti Gowa, Takalar, Pangkep dan Pinrang.

Namun demikian, Sudirman mengeluhkan munculnya hewan kurban yang dipasarkan secara liar. Ia berharap agar warga membeli hewan kurban secara selektif, karena hewan yang tidak melalui penampungan rawan penyakit. "Kami akan membicarakan masalah ini dengan pemerintah dalam waktu dekat," ungkapnya.

TRI SUHARMAN

Comments (0)