PEMBAHASAN tata tertib Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Makassar yang dimulai, Senin (26/10) dipastikan hanya sepekan. Panitia Khusus Tata Tertib mempersingkat waktu karena dikejar pembahasan Anggaran Pendapatan Belanja Daerah 2010.

Ketua Panitia Khusus Tata Tertib Dewan Irianto Ahmad mengatakan, Sesuai target , pembahasan Anggaran Pendapatan Belanja Daerah 2010 dimulai November dan berakhir Desember. Sehingga Tata Tertib dan alat kelengkapan dewan berupa pembentukan komisi dan badan bisa rampung akhir Oktober.
"Kalau jadwal sesuai, pembahasan APBD bisa pekan depan," kata Irianto saat membuka rapat Panitia Khusus Tata Tertib Dewan di Gedung DPRD Makassar.
Irianto menguraikan, pembahasan selama sepekan dimulai dari pemaparan draf tata tertib,
dengar pendapat para pakar, penyempurnaan rancangan tata tertib, rapat peleno, dan konsultasi ke Menteri Dalam Negeri.
Dengan agenda tersebut, Irianto menetapkan pembahasan tata tertib tidak melalui kunjungan kerja, sebab aturannya telah merujuk Undang-Undang 27 Tahun 2009 tentang MPR, DPR, DPD dan DPRD. "Apa lagi yang mau dibandingkan," ujarnya kepada anggota Panitia Khusus.
Mendengar pemaparan Ketua Panitia, para anggota dewan mulai melayangkan intrupsi. Mustaghfir Sabry menyarankan kepada Ketua agar tidak gegabah mengambil keputusan. Alasannya, prosedur tetap yang dikeluarkan bisa mengekang pembentukan panitia khusus selanjutnya.
"Kalau ditetapkan tidak adan kunjungan kerja, kedepannya harus begitu juga," kata Mustaghfir.
Dewan lainnya Yusuf Gunco langsung menyela. Menurut Ketua sementara Dewan ini,
kunjungan kerja sangat penting untuk merumuskan perbandingan dengan daerah lainnya. "Jangan takut sama pers kalau benar," ungkapnya.
Rahman Pina juga ikut berpendapat, waktu sepekan dalam pembahasan tata tertib bisa jadi
preseden buruk. Tata tertib harus dirumuskan secara selektif karena menyangkut kinerja dewan selama lima tahun.
Mendengar berbagai pendapat, Irianto tetap bersikukuh membahas tata tertib selama sepekan. Ia juga tidak meningindahkan usulan Yusuf Gunco agar
menggelar kunjungan kerja. (trie)
foto: http://djunaedird.files.wordpress.com/2008/04/buku_gratis_kompas.jpg
WACANA pengisian kursi ketua Komisi Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Makassar semakin memanas. Masing-masing fraksi telah menyiapkan kandidat, bahkan aksi saling rebut kursi ketua mulai terjadi.

Dari empat kursi ketua, komisi B bidang ekonomi dan keuangan yang paling diperebutkan. Sebanyak tiga dari tujuh fraksi telah menyiapkan kandidat ketua untuk komisi B. Tiga fraksi itu adalah Partai Persatuan Keadilan Sehtera, Partai Amanat Nasional, dan Partai Persatuan Demokrasi Kebangsaan
Ketua Fraksi Partai Persatuan Keadilan Sehtera Asriady Samad mengatakan, dari hasil
kesepakatan tujuh fraksi, pihaknya mendapatkan satu kursi untuk ketua komisi B. Figur yang akan diplot untuk posisi tersebut adalah Sri Rahmi yang terpilih
sebagai dewan untuk kedua kalinya.
"Komposisi ini sudah final, saya berharap tidak ada lagi yang menyalahi kesepakatan," tegas
Asriady usai mengikuti rapat Panitia Khusus (Pansus) pembahasan tata tertib dewan di Gedung DPRD Makassar, Senin (26/10).
Sementara itu, Wakil Ketua Dewan defenitif dari Fraksi Partai Amanat Nasional Busrah Abdullah juga menyiapkan kandidat untuk kursi ketua Komisi B. Busrah menampik pernyataan Asrady adanya kesepakatan fraksi agar Partai Persatuan Keadilan Sehtera mutlak untuk kursi ketua komisi B.
"Bagi kami belum final. Untuk ketua Komisi B, kami sodorkan Lukman Basrah," ungkap Busrah.
Tak kalah dengan dua fraksi tersebut, fraksi Partai Persatuan Demokrasi Kebangsaan juga
menyiapkan kandidat. Ketua fraksi Hasanuddin Leo mengaku dirinya telah dipersiapkan bersaing memperebutkan kursi ketua komisi B.
"Kami sedang melobi kepada seluruh fraksi, agar kursi ketua komisi B diberikan pada kami,"
terangnya.
Informasi yang dihimpun di dewan, komisi B membawa rumor 'lahan basah' bagi dewan, karena fungsinya mengawasi pemasukan keuangan ke Pemerintah. Tidak tanggung-tanggung, mereka mengawasi kenaikan Pendapatan Asli Daerah Makassar yang bersumber dari Dinas Pendapatan Daerah dan Perusahan Daerah.
Dinas Pendapatan Daerah mengelola pendapatan dari pajak restoran, Pajak Bumi dan Bangunan, Pajak Penerangan Jalan. Sedangkan Perusahaan Daerah meraup keuntungan dari retribusi parkir, pedagang, kebersihan.
Data Pemerintah meyebutkan, Pendapatan Asli Daerah 2008 mencapai Rp 1,1 triliun. Untuk 2009, pemerintah menargetkan pendapatan Rp1,020 triliun.
Namun rumor itu dibantah ketiga fraksi itu, mereka berpendapat, persiapan kandidat untuk kursi ketua komisi B sebagai upaya optimalisasi Pendapatan Asli Daerah. "Potensi cukup besar, makanya harus lebih dieksplor," terang Asriady Samad.
Sebelumnya, penempatan kandidat ketua komisi sesuai perolehan kursi atau disebut sistem matriks mengemuka di dewan. Informasi yang dihimpun, Fraksi Golkar mematok dua kursi ketua untuk Komisi A dan Komisi D, Partai Keadilan Sejahtera komisi B, dan Partai Demokrat Komisi C.
Ketua fraksi Golkar Farouk M Betta membenarkan hal tersebut. Pihaknya telah menyiapkan
kandidat yakni Yusuf Gunco sebagai Ketua Komisi A dan Nasran Mone sebagai Ketua Komisi D.
"Kami sudah koordinasi antar fraksi," kata Farouk.
Namun, sistem tersebut membuat fraksi Partai Amanat Nasional geram. Wakil Ketua defenitif Busrah Abdullah terang-terangan menolak komposisi itu dengan alasan tidak proporsional. "Misalnya PKS bisa dapat tiga kursi pimpinan, masa PAN hanya dua.
Ini tidak rasional," ujarnya.
Sistem matriks juga mengundang reaksi Partai Demokrasi Kebangsaan. Wakil Ketua definitif
Syamsu Niang menilai, sistem itu membawa kerugian bagi partai lainnya. "Jangan ada lagi dominasi politik," ketusnya. (trie)
repro: http://www.inilah.com
HARAPAN berbagai pihak agar pelantikan Ketua definitif Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Makassar Ince Adnan Mahmud digelar secepatnya akhirnya pupus. Berkas pengajuan Surat Keputusan (SK) pelantikan yang dilayangkan Sekretariat DPRD ke Pemerintah Kota Makassar tercecer. Akibatnya pelantikan Ince diprediksi mulur.

Sekretaris Dewan (Sekwan) DPRD Makassar Nureni Ma'mur mengungkapkan, pihaknya telah membawa berkas pengajuan SK pelantikan ke Bagian Umum Pemkot Makassar sejak awal pekan lalu. Setelah staf Setwan kembali menanyakan proses pengajuan SK, aparat di unit kerja tersebut mengaku belum menerimanya.
"Maklumlah disitu banyak pegawai kontrak sehingga tercecer," kata Nuraeni Ma'mur, Kamis (22/10)
Olehnya itu, Nuraeni langsung turun tangan agar masalah ini segera diselesaikan. Barulah berkas pengajuan SK tersebut ditemukan. "Tidak ada maksud untuk memperlambat," ujarnya.
Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2009 tentang DPR,MPR dan DPRD menyebutkan pelantikan Ketua definitif DPRD dilandasi Surat Keputusan (SK) dari Gubernur. SK tersebut keluar setelah DPRD menggelar rapat paripurna penetapan Ketua defenitif DPRD, dilanjutkan pengajuan permohonan SK melalui Walikota. Sementara itu, rapat paripurna digelar sejak Senin (13/10) atau awal pekan lalu.
Usai paripurna, Anggota DPRD Makassar Mustagfur Sabry mendesak Pemkot Makassar dan Pemerintah Provinsi Sulsel untuk mempercepat mekanisme pelantikan Ketua DPRD. Desakan itu didasari tanggungjawab terhadap jadwal pembahasan RAPBD 2010 yang harus digelar November 2009.
"Kalau tidak dipercepat, bisa mempengaruhi pembahasan APBD 2010," terang Mustagfir sembari berharap pelantikan digelar akhir Oktober.
Ketua sementara DPRD Makassar Yusuf Gunco yang dikonfirmasi mengatakan permohonan pengajuan SK pelantikan sudah upayakan secepatnya. Hal itu ditandai dengan langkah sigap Setwan DPRD yang mengirim permohonan pengajuan SK setelah paripurna.
"Yang jelas kami sudah mengirim berkasnya satu hari setelah paripurna," ungkapnya.
Menanggapi hal tersebut, Ketua defenitif DPRD Makassar Ince Adnan Mahmud tak memberi komentar banyak. Saat ditemui di Kantor Balaikota, Ince hanya menyerahkan penuh mekanisme pelantikan ke Pemkot Makassar dan Pemprov Sulsel.
"Saya hanya menunggu saja jadwalnya, semua itu pasti diatur dengan baik," terangnya. (trie)
BINTANG film porno asal Jepang dipastikan datang ke Indonesia untuk menggarap film berjudul 'Menculik Miyabi'. Banyak pihak yang menentangnya, salah satunya adalah Mejelis Ulama Indonesia (MUI) Makassar.

Ketua MUI Makassar KH Muh Ahmad kepada BKM via ponselnya sore kemarin menegaskan, siapapun pelaku pornografi dan pornoaksi harus ditentang keberadaannya. Apalagi sudah ada UU Pornografi yang memberikan penegasan terhadap pelaku pornografi dan pornoaksi. "Jangan menjadikan kebebasan berekspresi akhirnya keluar dari tatanan moral bangsa. Kita harus memelihara moral bangsa yang merupakan tradisi leluhur kita. Sehingga sesuatu yang bisa merusak moral kita tidak setuju," jelas Muh Ahmad. Sebelumnya, ada kabar Miyabi batal datang ke Indonesia setelah banyak yang menentang. Namun hal itu pun langsung ditampik oleh pihak Maxima Picture. Mereka hanya menunda kedatangan bintang film porno asal Jepang itu.

"Bukan batal tapi ditunda, kita menunggu hingga situasinya kondusif," ujar Odi Mulya Hidayat saat bincang-bincang lewat telepon, Selasa (13/10).
Odi mengungkapkan pihak Maxima terpaksa menunda penggarapan 'Menculik Miyabi' karena semakin deras protes terhadap film itu. Saat ini, pihaknya juga tengah mengatur jadwal baru dengan manajemen Miyabi.
"Kita harus menghargai pendapat ormas-ormas itu," jelasnya.
Lain MUI Makassar, lain lagi anggota DPRD Makassar, yang justru mendukung kedatangan Miyabi alias Maria Ozawa.
Dukungan tersebut diungkapkan anggota DPRD Makassar dari Fraksi PDK Erna Amin. Menurut dia, kedatangan artis yang menyaingi popularitas Asia Karera dalam film seks itu jangan ditanggapi secara kaku. Miyabi, kata dia, pasti datang sebagai artis profesional dan tentu menghargai budaya ketimuran.
"Seharusnya kita buka ruang, jangan malah ditolak," kata Erna Amin yang ditemui di Fraksi PDK di Sekretariat DPRD Makassar, kemarin.
Menurut dia, fenomena Miyabi tidak perlu diperdebatkan. Tanpa kedatangan Miyabi, hal-hal yang berbau pornografi sudah cukup santer dari internet. Sistem komunikasi yang tidak membatasi ruang dan waktu itu sudah banyak menampilkan hal-hal yang berbau pornografi. "Apalah artinya Miyabi dibanding gambar-gambar dalam internet itu," terangnya.
Olehnya itu, ia mengembalikan masalah ini ke masyarakat. Ia berharap agar masyarakat bisa menyikapi fenomena Miyabi dengan mempertimbangkan berbagai hal termasuk perkembangan Indonesia menghadapi tantangan global. (BKM)
Foto : http://2.bp.blogspot.com/_iqQnZiOrEoQ/SKVydYg1uAI/AAAAAAAAAFo/D2-qESILhH4/s400/Miyabi.JPG
Saat Komisi di DPRD Kota Makassar Belum Terbentuk

BELUM terbentuknya alat kelengkapan DPRD Makassar dan rehab sekretariat dimanfaatkan sejumlah staf sekretariat DPRD Kota Makassar untuk bersantai. Pada jam kerja, mereka malah memilih bermain domino di belakang gedung DPRD.

Pemandangan tersebut terlihat di belakang Sekretariat DPRD Makassar, Rabu (14/10) antara pukul 11.30 hingga pukul 13.30. Ditempat tersebut, beberapa staf tampak asyik menghempas kartu domino di sebuah meja kecil. Bunyi hempasan domino diwarnai canda dan tawa yang sesekali pecah dari para staf tersebut.
Aksi mereka sepertinya sudah menjadi hal yang biasa. Buktinya, anggota DPRD yang lalulalang tidak menegurnya. Apalagi para staf lain yang sibuk naik turun tangga yang tak jauh dari tempat para staf tersebut.
Sekretaris DPRD Makassar, Nuraeni Ma'mur yang berusaha ditemui di ruangannya untuk mengkonfirmasi hal ini tidak berada di tempat. Bahkan, tak satupun staf yang berada di ruangan tersebut. Saat dikonfirmasi via telepon, operator seluler menyebutkan bahwa nomor telepon Nuraeni memblokir seluruh panggilan masuk.
Koordinator Komite Pemantau Legislatif (Kopel) Makassar, Anwar menilai fenomena staf yang menghabiskan waktu untuk bermain domino adalah tindakan yang tidak etis. Sekwan sebagai penanggungjawab secara internal seharusnya menegur mereka. " Harus diawasi secara ketat. Kalau ditemukan harus disanksi," tegas Anwar yang dikonfirmasi, kemarin.
Menurut Anwar tindakan para staf tersebut tidak mencerminkan penghormatan terhadap institusi DPRD yang notabene pembawa aspirasi masyarakat. Seharusnya mereka menjaga kedisiplinan, sebab kinerjanya berkaitan erat dengan realisasi kebijakan para wakil rakyat.
"Waktu kerja harus berada di ruangan untuk menyelesaikan tugas, jangan malah digunakan untuk yang lain. Ini sudah menyalahi aturan," ungkapnya. (BKM)
Repro : https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjptYBPl68ZGa3uU7zgXz3nfUUQOQ4x_YekRF5xCW-nLMuuuoKj5QOtJjSlCRMvDYbVuelrvKciu3Fw2uvdnE2JnYNFT72rOhgAcZ3hBxY5G-Wa4AFhfFxaV3g3iNIjXFRUVzjJGvU93lDc/s320/domino2.jpg
DPRD Kota Makassar meminta Pemkot Makassar tidak lagi menganggarkan pengadaan mobil dinas (mobdin) untuk pejabat pada APBD 2010. Dewan mengusulkan agar Pemkot memanfaatkan jasa mobil rental.

Anggota DPRD Kota Makassar dari Fraksi PDK Mustaghfir Sabry mengatakan, penggunaan mobil rental untuk operasional para pejabat cukup efisien untuk mengurangi beban APBD. Selama ini, katanya, pengadaan mobdin membuat pengeluaran daerah membengkak. "Kami akan mendorong kebijakan ini pada pembahasan APBD 2010 karena cukup efektif untuk efisiensi anggaran," kata Moses--sapaan Mustaghfir Sabry di DPRD Kota Makassar, kemarin.
Moses menjelaskan, membengkaknya pembiayaan untuk mobdin karena Pemkot mesti mengalokasi anggaran untuk pemeliharaan.
Sementara, lanjut Moses, mobil rental tidak lagi memikirkan anggaran pemeliharaan karena telah ditanggung pihak ketiga. Pemkot hanya mengalokasikan anggaran untuk penyewaan mobil rental selama satu periode atau lima tahun.
Hal senada diungkapkan anggota DPRD dari Fraksi PKS Sri Rahmi. Ia juga sepakat bila anggaran pengadaan Mobdin dialihkan pada mobil rental. Namun demikian, ia berharap agar kebijakan ini dilapisi sistem yang bersih supaya tidak ada indikasi penyalahgunaan anggaran.
"Kalau sampai dimainkan malah biayanya bisa lebih membengkak," ungkapnya.
Menanggapi hal tersebut, Pelaksana Tugas Kepala Bagian Perlengkapan Pemkot Makassar Aidil Adha mengaku belum punya gambaran terkait kebijakan tersebut. Perlu pembahasan yang lebih matang untuk merumuskan kebijakan tersebut. "Sejauh ini belum ada pembicaraan seperti itu, tapi kalau memungkinkan kami akan bahas," terangnya saat dikonfirmasi, kemarin. (bkm)
foto : http://visijobs.com/resources/uploaded/image/GAMBAR-MOBIL-RENTAL.jpg
Tak Hadiri Paripurna Diusul Disanksi

Ada pemandangan menarik saat rapat paripurna penetapan pimpinan definitif DPRD Kota Makassar, kemarin. Saat anggota DPRD mengusulkan agar kepala Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) yang tidak menghadiri paripurna diberi sanksi, sejumlah kepala SKPD berebutan mengisi daftar hadir (absensi).

Bahkan, meja absen yang berada di tengah di dekat pintu masuk yang biasanya sepi, usai rapat paripurna tampak ramai. Para pejabat ingin menandatangani absen. Padahal pada rapat paripurna sebelumnya, mereka jarang mengisi absen.
Pemandangan ini berawal ketika anggota DPRD dari Partai Golkar, Rahman Pina mengajukan interupsi kepada pimpinan rapat, Yusuf Gunco.
Ia memprotes sikap para pejabat yang ogah hadir dalam paripurna. "Saya minta pejabat yang malas hadiri paripurna ditegur ," tegas Rahman Pina kepada Ketua sementara DPRD Makassar Yusuf Gunco.
Usai paripurna, Rahman Pina yang dimintai keterangan menjelaskan,ketidakhadiran para pejabat pada paripurna menandakan mereka membeda-bedakan pimpinan.
Seperti yang terjadi kemarin, saat Wakil Walikota Supomo Guntur yang mewakili walikota menghadiri paripurna. "Ada fenomena, kalau bukan Pak Wali yang hadir banyak pejabat yang juga tidak hadir," terang Rahman.
Mantan wartawan Berita Kota Makassar ini berharap melalui pemberian sanksi, fenomena tersebut tidak lagi menjamur di kalangan pejabat. Menurut Rahman, sikap para pejabat ini seharusnya mengedepankan etika.
Saat rapat paripurna ditutup, meja absen yang terletak di pintu masuk ruang paripurna langsung diserbu para pejabat. Satu persatu, para pejabat mengecek kembali namanya di absen. Adapula yang baru mengisi absen tersebut.
Informasi yang diperoleh BKM, para pejabat yang mangkir dari paripurna diantaranya Kepala Dinas PU Ridwan Muhaddir, Kepala Dinas Tata Ruang dan Bangunan A Oddang Wawo, Kadis Sosial Ibrahim Saleh dan Kabag Umum Ismail Tallu Rahim.(bkm)
Foto : http://matanews.com/wp-content/uploads/Paripurna280909-3-590x392.jpg
DESAKAN DPRD Kota Makassar agar Pemkot Makassar mengawasi aksi organisasi kepemudaan dan mahasiswa dalam penggalangan dana bantuan untuk korban gempa bumi di Sumatera Barat (Sumbar) mendapat respons Dinas Sosial (Dinsos) Kota Makassar. Dinsos meminta mahasiswa menghentikan penggalangan sumbangan sebelum mendapat izin dari Pemkot.

Kepala Dinas Sosial Kota Makassar, Ibrahim Saleh mengatakan, dalam Undang-Undang Nomor 24 Tahun 1964 menyebutkan penggalangan dana untuk korban bencana alam harus mendapatkan izin dari pemerintah setempat. Sementara, katanya, aksi solidaritas yang dilakukan mahasiswa tak mengantongi izin dari Pemkot Makassar.
"Inilah yang menjadi masalah, makanya kami sudah meminta mahasiswa untuk menghentikan penggalangan dana yang mereka lakukan," kata Ibrahim saat dikonfirmasi, Jumat (9/10).
Ibrahim juga menghimbau masyarakat agar tidak menyalurkan bantuan melalui organisasi kepemudaan maupun mahasiswa. Bukan hanya persoalan tidak adanya izin, penyaluran dana ke korban bencana dikhawatirkan tidak tepat sasaran. Kekhawatiran itu erat kaitannya dengan koordinasi maupun link atau hubungan mahasiswa dengan para korban di lokasi bencana alam yang dinilai tak jelas.
"Kalau masyarakat ingin menyalurkan bantuan, lebih baik pada institusi yang sudah jelas," imbau Ibrahim.
Ibrahim mengaku telah berkoordinasi dengan Satpol PP untuk menertibkan aksi penggalangan dana tersebut. Ia juga telah melakukan pendekatan persuasif kepada mahasiswa dan organisasi kepemudaan agar kebijakan tersebut terealisasi dengan baik. "Pekan depan kami akan turunkan SE (Surat Edaran) ke organisasi kepemudaan dan mahasiswa," terangnya.
Ibrahim berharap agar penegakan UU dengan lahirnya kebijakan ini disambut positif mahasiswa maupun organisasi kepemudaan. Tidak ada niat Pemkot, lanjut dia, untuk tidak solider terhadap aksi solidaritas dalam membantu sesama umat. "Penggalangan dana itu tindakan positif, tapi sebaiknya melalui prosedur yang sudah ditetapkan," tegasnya.

"Kebijakan Tak Masuk Akal"

Kebijakan Dinsos Kota Makassar yang melarang penggalangan dana di jalan mengundang reaksi mahasiswa. Menurut mahasiswa, kebijakan ini sama saja menghalangi orang untuk berbuat amal.

Ilham Rajab misalnya. Akitivis dari Universitas 45 ini mengutuk kebijakan larangan menggalang dukungan di jalan yang dilakukan mahasiswa hampir di seluruh kampus di Makassar.
Ilham menilai, langkah para mahasiswa untuk menggalang dana hingga ke ruas jalan atas dasar solidaritas terhadap sesama warga Indonesia yang dilanda musibah. Pemkot, lanjut Ilham seharusnya mendukung aksi tersebut.
"Kami meminta agar kebijakan itu dirasionalkan, ini jangan ditanggapi secara picik," tegas Ilham yang tak lain juga menjabat Ketua DPP Ikatan Senat Mahasiswa Hukum Indonesia (ISMAHI) ini.
Ia menampik pernyataan Kepala Dinsos Kota Makassar Ibrahim Saleh yang menyebutkan bahwa bantuan dari mahasiswa dikhawatirkan tidak tepat sasaran. Mahasiswa, kata dia, memiliki lembaga khusus yang sudah terpercaya dalam penyaluran bantuan sosial.
"Kami akan menemui Kadinsos mempertanyakan pelarangan ini. Kebijakan ini tak masuk akal, kalau sampai tidak masuk akal, jangan salahkan kami," ungkapnya. (BKM)
foto : http://www.antarasumut.com/wp-content/uploads/2009/01/sumbangan.jpg


GUBERNUR Sulsel, Syahrul Yasin Limpo menginstruksikan kepada bupati/walikota di Sulsel untuk meningkatkan kewaspadaan terhadap bencana alam. Kendati Sulsel masih dalam kategori aman, Syahrul tidak ingin pemerintah lengah.

"Bencana alam tidak bisa diduga, makanya harus ada kesiapan," kata Syahrul di Rumah Jabatan Gubernur Sulsel, kemarin.
Syahrul meminta bupati dan walikota harus memonitoring wilayah-wilayah yang masuk dalam kategori rawan bencana. Seluruh perangkat pemerintahan mulai dari camat sampai kepala desa dioptimalkan kinerjanya untuk tanggap bencana alam.
"Untuk Sulsel, hal yang berbahaya adalah angin kencang, banjir dan tanah longsor. Makanya camat, lurah dan kepala desa harus dibekali pengetahuan tentang bencana alam," ujar Syahrul.
Ia juga siap berkoordinasi Badan Metereologi Klimatologi dan Geofisika Wilayah IV Sulawesi, Maluku Papua untuk mengadakan simulasi bencana alam. Hal itu penting, kata Syahrul, untuk mengantisipasi dan meminimalisir jumlah korban apabila terjadi bencana.
Selain itu, Syahrul juga mengaku prihatin terhadap bencana gempa di Sumatra Barat, olehnya itu pihaknya akan menyalurkan bantuan. "Saya akan menelepon Gubernur Sumbar untuk mengetahui apa yang dibutuhkan di sana. Kami tidak ingin seperti membuang garam di laut," tandasnya.
Sementara itu, Anggota DPRD Makassar ramai-ramai menyalurkan bantuan ke korban bencana Sumbar. Misalnya legislator dari Fraksi PKS yang menyumbangkan Rp 25 juta untuk korban gempa.
Ketua Fraksi PKS, Asriady Samad mengatakan, pihaknya mengumpulkan dana Rp 5 juta per orang untuk korban gempa. FPKS juga akan segera terbang ke Sumbar untuk menyalurkan bantuan. (bkm)
foto : http://www.prcs.org.pk/Pakistan%20Red%20Crescent%20Society_files/disaster1.jpg




Krisis listrik yang mengakibatkan pemadaman bergilir memaksa PLN Sultanbatara untuk mengambil langkah tegas. Mulai sekarang, seluruh pelanggan yang menyedot daya tinggi dilarang menggunakan listrik, salah satunya sarana hiburan terbesar di Asia Tenggara Trans Studio.

Juru bicara PT PLN (Persero) Wilayah Sulsel, Sultra, dan Sulbar, Edy Thamrin mengatakan, tidak beroperasinya listrik untuk Trans Studio dan beberapa pelanggan besar PLN di Makassar sangat membantu meminimalisir krisis listrik. Bila mereka tidak menggunakan listrik, energi yang bisa dihemat mencapai 45 Mega Watt (MW). "Jadi kami tekankan agar semua pelanggan besar kami untuk sementara menggunakan genset masing-masing termasuk Trans Studio," kata Edi Tamrin saat dikonfirmasi, kemarin.

Namun demikian, Edy Thamrin menampik pelarangan menggunakan listrik pada Trans Studio karena pusat hiburan yang berada di Tanjung Bunga ini memicu krisis listrik. Krisis listrik, kata Edi, terjadi karena sejumlah mesin pembangkit listrik mengalami kerusakan.
"PLN juga berkoordinasi ke Pemkot Makassar agar pengoperasian lampu jalan diminimalisir. Saat beban puncak, lampu jalan dimatikan," terangnya.
Parahnya pemadaman bergilir, lanjut Edi, terjadi karena beberapa mesin pembangkit listrik rusak dalam waktu yang hampir bersamaan. Misalnya kerusakan satu unit mesin listrik PT Energi Sengkang yang mengakibatkan hilangnya energi hingga 60 MW, kerusakan satu mesin PLTA Suppa dengan energi 1O MW dan kerusakan mesin di PLTU Tallo berkapasitas 16 MW.
"Devisit daya yang membengkak membuat pemadaman bergilir tidak bisa dihindari. Kalau saja tidak dilakukan, maka bisa terjadi pemadaman total," ujar Edy.
Edy mengatakan, PLN telah berupaya maksimal untuk melakukan perbaikan dan diharapkan bisa selesai secapatnya. Sejauh ini kondisi PLTA Suppa dinyatakan sudah normal, namun PLTG Sengkang dan PLTU Tallo masih dalam perbaikan.
Sembari dalam perbaikan, PLN juga mengeluarkan kebijakan agar seluruh mesin pembangkit listrik yang ada dioptimalkan, tak terkecuali mesin yang masuk dalam kategori rongsokan. "Ini perintah langsung GM (General Manager)," ungkapnya.
Selain itu, PLN juga merencanakan membuat hujan buatan di PLTA Bakaru untuk mengantisipasi kekeringan bendungan. Minggu ketiga Oktober, hujan buatan sudah dilakukan.
Edy menambahkan, penyewaan mesin pembangkit listrik terus dipayakan, mesin berkapasitas 20 MW tengah proses pemasangan di PLTU Tallo yang diperkirakan selesai Desember 2009. Kemudian di awal 2010, mesin berkapasitas 50 MW juga dipasang.
"Kami meminta maaf kepada masyarakat atas terjadinya pemadaman bergilir. Kami juga meminta kerjasamanya untuk menghemat listrik," tandasnya. (bkm)
ket foto : https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg37Fh64Loeb9OAG6blNEV8buRm3ERqb18FlnBNTtX4YBhqnw9EuvZStbwtlZ899fwzZdLw8NHQkCQsK6NLWB6nwFTKhL-iIPU2ElKwheg0yiBwnOP_cV7AVUwFq-dZn2W37uAluO7iAaU/s400/Trans+Studio+Makassar.jpg
Setelah Laptop, Difasilitasi Telpon

SELAIN mendapat laptop, 50 ruangan anggota DPRD di lantai II akan dilengkapi dengan satu unit pesawat telepon. Ini dilakukan untuk mempermudah komunikasi antarsesama anggota dewan.

Ketua sementara DPRD Kota Makassar, Yusuf Gunco mengatakan, pengadaan telepon di setiap ruangan sangat dibutuhkan untuk menunjang kinerja legislator.
"Staf yang ada kan cuma di komisi, sementara di ruangan lainnya tidak ada," kata Yusuf Gunco di DPRD Kota Makassar, kemarin.
Yugo mengatakan, sekretariat menganggarkan Rp 39 juta untuk melengkapi alat komunikasi tersebut. Sebanyak 69 termasuk ruang pribadi, ruang fraksi dan ruangan lain telah dipasangi telepon, tinggal menunggu teknisi untuk mengaktifkan jaringannya.
"Masing-masing ruangan memiliki nomor telepon, jadi tinggal dihubungi kalau ada kegiatan," terangnya.
Sebelumnya, sekretariat DPRD Kota Makassar juga menganggarkan sekitar 50 unit komputer jinjing untuk legislator. Komputer jinjing yang dihargai berkisar Rp 20 juta perunit itu menguras anggaran mencapai Rp 1,5 miliar. (bkm)
ket foto : http://rhodesyup1.files.wordpress.com/2009/08/geert-wilderz1.jpg

Pengalaman Mudik ke Kampung Halaman (2-habis)

Operator Terminal Regional Daya (TRD) mengumumkan jadwal keberangkatan. Suara TV yang tak jelas dan rayuan pedagang kaki lima begitu gaduh di telinga.

Laporan : Trie Suharman

"BUS tujuan Majene sudah berada di Jalur Pemberangkatan. Diminta para penumpang segera bersiap-siap," kata operator bersuara serak itu.
Akupun menoleh ke kiri, hampir seluruh bangku di ruang tunggu terisi penumpang. Pandangan mereka mengarah ke utara, memperhatikan bus yang berjejer di jalur pemberangkatan.
Kumelirik jam di ponsel yang menunjukkan 19.40, sebentar lagi aku melesat ke kampung halaman.
Aku terdiam sejenak. Kembali ku menoleh ke kiri, memandangi aktivitas penumpang yang beragam. Sepertinya ada yang berbeda.
Saat mudik lebaran tahun lalu, seluruh bangku terisi penumpang. Tak satupun yang kosong. Bahkan sebagian penumpang memilih berdiri karena tak kebagian kursi.
Tahun lalu, tumpukan barang terasa sesak di ruang tunggu. Namun tahun ini, seperti bisa dihitung jari.
Kemudian aku menoleh lagi ke belakang, para tim medis yang disiapkan untuk mengecek kondisi supir dan penumpang hanya duduk termenung dalam posko kesehatan. Sebagian asyik bercerita dan sebagian asyik menikati cemilan. Tahun lalu, betapa sibuknya mereka.
"Sekali lagi bus tujuan Majene sudah siap berangkat. Penumpang diharapkan menuju ke Jalur Pemberangkatan," kata operator mengingatkan.
Aku tersentak. Dengan tergesa-gesa kuraih kardus berisi paket lebaran untuk orang tua, kemudian berlari kecil ke jalur pemberangkatan.
"Cepat-cepat," seru kondektur bus kepadaku. Dengan nafas tersengal-sengal, akupun tiba di pintu bus itu. Kardus berisi paket lebaran langsung kuserahkan ke kondektur supaya disimpan di bagasi.
Sesuai nomor urut tiket bus, aku berada di kursi paling belakang. Kupandangi ke sekelilingku. Disamping kiri seorang pemuda tambun, disamping kanan seorang wanita setengah baya. Keduanya sibuk memainkan ponselnya.
Sementara di jejeran kursi penumpang yang berada di depanku, puluhan kepala menyembul melewati sandaran kursi. Sepertinya, tak satupun kursi yang kosong.
Namun lagi-lagi ada yang berbeda. Mudik beberapa tahun terakhir, puluhan orang rela berdiri di lorong tengah, diantara kursi bus. Padahal, harga tiket bus yang dibayar tidak berbeda dengan yang duduk asyik di kursi. Itulah sebabnya saya membeli tiket jauh hari sebelumnya.
Kali ini, tradisi itu sudah tidak kutemukan. Para penumpang bersandar dengan nyaman.
Tak lama berselang, puluhan pedagang kaki lima menaiki bus. Menawarkan beragam jajanan untuk mudik seperti apel, beragam jenis minuman sampai majalah remaja. "Apelnya tawwa, apelnya tawwa," kata seorang pedagang yang masih berusia belia.
Mereka pun turun dari bus, seiring suara mesin bus yang mengawali perjalanan panjang ke kampung halaman. Aku bersandar dan menghela nafas, sepinya penumpang membuatku lebih tenang.
Tak lagi ada keresahan pada kapasitas kendaraan, tak lagi kelelahan karena sesak dengan pemudik lainnya. Dalam angan harapan keselamatan ke kampung halaman cukup besar, meski sesekali tersentak goyangan bus yang tersandung lubang jalanan. (*)
ket foto : http://hagemman.files.wordpress.com/2009/09/mudik-kultural-01.jpg
Pengalaman Mudik ke Kampung Halaman(1)

Mentari meredup, pertanda sang malam menjemput. Disisi barat Kota Makassar langit memerah, mengukir pamit untuk bulan yang suci.

Laporan : Trie Suharman

AKUPUN bergegas pulang, setelah bergemul tumpukan kewajiban di kantor sore itu, Jumat (18/9). Dalam hati, kekhawatiran tingginya arus mudik di Terminal Regional Daya (TRD) membuat waktu begitu berharga.
Untung ada sedikit ketenangan karena tiket bus jurusan ke kampung halaman sudah kupesan sejak sepekan lalu. Akupun melesat ke rumah bersama motor bututku.
Setiba di rumah, si butut ku simpan di garasi. Kemudian merapikan beberapa lembar pakaian kedalam tas. Tak lupa merapikan paket lebaran untuk keluarga yang kukemas kedalam kardus mi instant sejak beberapa hari lalu.
Kendati tiket bus menyebutkan waktu keberangkatan pukul 20.00, tapi aku harus berada di TRD sejak pukul 17.00. Maklum, rasa takut ketinggalan bus sangat tinggi.
Dengan menggunakan ojek, aku menembus kemacetan ke TRD. Dari kejauhan, samar para calo penumpang dan kuli barang begitu sibuk mengejar penumpang. Berdesakan menawarkan jasa demi kepulan asap di rumah.
Kepada tukang ojek, aku meminta agar berbelok kearah jalan berlawanan. Melanggar peraturan lalulintas di TRD, untuk mengelabui aksi mereka yang membawa kekhawatiran. Namun, tetap saja tak lolos.
"Mau kemana," tanya seorang calo sedikit ngos-ngosan. Aku tersenyum. Belum sempat kujawab, kardus berisi paket lebaran sudah dipikul seorang kuli.
Sambil membayar ongkos ojek aku menjawab "Maaf-maaf, nanti saya bawa sendiri. Saya juga sudah pesan tiket," kataku sedikit dongkol.
Kuli itu tak menghiraukan, begitupun calo yang terus saja mendesak dengan tumpukan tiketnya. Kuhelai nafas, menepis serangan emosi yang mulai menguat.
Kepada sang calo, aku menggelengkan kepala. Untunglah dia mengerti dan berlalu, namun si kuli tak juga melepas kardus yang sudah menindih pundaknya.
Kutatap sang kuli bertubuh dekil itu.Wajahnya yang keras, ototnya bagai kawat bercampur peluh dan kenekatannya demi sesuap nasi melahirkan rasa ibaku. Begitu sulitnya mengais rejeki di metropolitan ini.
Teringat pernyataan Kepala Perusahaan Daerah Terminal Abidin Wahid saat kuwawancarai tempo hari. Menurutnya, keberadaan calo dan kuli sudah menjadi kultur terminal di Makassar.
Meski penumpang mengeluhkan mereka, tapi sulit untuk diberanguskan. Jalan yang terbaik, kata Abidin, adalah memberdayakannya. "Laporkan ke pos pengaduan kalau mereka bertingkah, langsung ditindaki," tegas Abidin waktu itu.
Walaupun menurutku sudah dalam kategori bertingkah, aku tetap membiarkannya memikul barang kedalam TRD. Setibanya di ruang tunggu, aku langsung membayar seperti kesepakatan sebelumnya. "Terimakasih banyak," ungkap pria itu tersenyum kecil.
Uang yang kuberi langsung ia cium dan dimasukan ke saku celana yang berdebu. Kemudian ia melangkah gontai ke arah gerbang TRD. Dari kejauhan, wajahnya yang keras menyiratkan kebahagiaan.
Aku termenung Di bangku sebelah kanan ruang tunggu. Masih terbawa fikiran dengan aksi kuli tadi. Entah kenapa aku bangga dengan mereka. Siang dan malam bekerja memikul barang dan tanggungjawab untuk keluarga. Bertahan dalam kesulitan ekonomi dan kerasnya hidup.
Bising operator TRD mengumumkan jadwal keberangkatan, suara TV yang tak jelas dan rayuan pedagang kaki lima begitu gaduh di telinga.
Akupun menoleh ke kiri, hampir seluruh bangku terisi penumpang. Pandangan mereka mengarah ke utara, memperhatikan bus yang berjejer di jalur pemberangkatan.(*)
ket foto : http://kissmeguntur.files.wordpress.com/2009/09/mudik3a.jpg