Masyarakat Transportasi Indonesia Sulawesi Selatan memperkirakan terjadinya kerugian warga akibat unjuk rasa mencapai Rp 200 juta perhari. Kerugian itu dipicu oleh kemacetan yang terjadi pada dua jalan utama yang menghubungkan pusat Kota Makassar dengan daerah sekitarnya yakni Jembatan Layang Jalan AP Pettarani dan Jalan Sultan Alauddin.

Hasil analisis Sekreatir Masyarakat Transportasi Indonesia Sulawesi Selatan Lambang Basri Said menyebutkan, kerugian itu dihitung dari efek domino yang terjadi akibat unjuk rasa yang berujung rusuh itu. Misalnya, waktu tempuh tujuan yang molor hingga mengakibatkan pemborosan bahan bakar minyak, kelancaran usaha warga terancam, dan nilai stres yang harus dipulihkan pascakemacetan.

Ia menjelaskan, kemacetan akibat unjuk rasa itu bisa berdampak mulurnya jarak tempuh hingga 3 jam sebelum dan setelah terjadinya aksi. Akibatnya, mesin kendaraan yang terus menerus beroperasi mengalami pemborosan bahan bakar dua kali lipat dari kebutuhan saat arus lalulintas normal.

Hal itu dialami oleh 600 ribu warga yang menggunakan jalur transportasi selama 10 jam perhari di Makassar. "Mereka menggunakan kendaraan pribadi seperti mobil dan motor dan kendaran umum seperti Petepete," kata Lambang melalui sambungan telepon, kemarin.

Begitupula dengan kelancaran usaha warga. Lambang menuturkan dari 600 ribu warga pengguna jalan, terdapat sekitar 70 ribu orang yang masuk dalam kategori tenaga kerja aktif. Terjadinya unjuk rasa membuat produktivitasnya berkurang, kontrak kerja bisa tertunda hingga mengalami kerugian besar.

Sedangkan stres yang dialami warga akibat kemacetan dan anarki unjuk rasa membuatnya harus merongok kocek cukup dalam untuk pemulihan otak. Berbagai pertunjukan maupun wisata menjadi sasaran, sehingga terjadi penambahan biaya hidup perharinya.

Sementara itu, Pemerintah Kota Makassar harus merongok kocek hingga ratusan juta rupiah untuk mengembalikan fungsi fasilitas umum yang dirusak oleh mahasiswa, saat menggelar unjuk rasa sejak Rabu lalu.

Dalam aksi yang berujung rusuh itu, terjadi kerusakan puluhan rambu lalulintas, papan petunjuk jalan, cermin pemandu jalan, dan boks kontrol serta boks lampu merah diberbagai jalan utama. Kerusakan fasilitas ditemukan di Jalan utama yang berdekatan kampus dan sekretariat organisasi kemahasiswaan, diantaranya Jalan Perintis Kemerdekaan, Jalan Urip Sumohardjo, Jalan AP Pettarani, dan Jalan Botolempangan.

Kepala Bidang Lalulintas Dinas Perhubungan Makassar, Taufik Palaguna mengatakan, untuk mengganti satu boks lampu merah, pemerintah harus mengeluarkan dana sebesar Rp 4 juta rupiah.

Data yang dihimpun menyebutkan jumlah lampu merah yang rusak sebanyak 8 unit. Satu unit lampu merah memiki tiga boks lampu yakni merah, kuning dan hijau. Jika semua rusak, artinya terdapat 24 boks yang harus diganti. Dengan demikian pemerintah harus menyiapkan dana mencapai Rp 96 juta.

Taufik melanjutkan, untuk mengganti rambu lalulintas dan papan petunjuk jalan pemerintah membutuhkan dana hingga Rp 600 ribu perunit. Namun demikian ia belum mengetahui jumlah rambu dan papan petunjuk yang mengalami kerusakan karena masih menunggu laporan tim dinas yang melakukan pendataan sejak Kamis lalu.

Ia juga mengaku tidak tahu harga untuk mengganti cermin pemandu jalan dan boks kontrol lampu merah yang rusak. Tapi diperkirkan mencapai puluhan juta rupiah. Dengan demikian jumlah kerusakan fasilitas mencapai ratusan juta. "Sepertinya itu mahal harganya," katanya.

Taufik berharap seluruh fasitas umum itu bisa kembali normal pekan depan. Sebab perbaikin sangat mempengaruhi arus lalulintas di Makassar. "Kalau dibiarkan petugas bisa sulit menertibkan lalulintas," terangnya.

Lambang menimpali kerugian warga akibat kemacetan karena unjuk rasa sebenarnya bisa dikurangi. Pemerintah Kota Makassar bekerjasama dengan Kepolisian harus bisa mengetahui lebih awal aksi yang bakal terjadi, kemudian pengumuman melalui media massa beberapa jam sebelumnya. "Pengumuman, dilanjutkan dengan pengalihan arus kendaraan atau rekayasa lalulintas."

TRI SUHARMAN
Berita ini terbit di Koran Tempo edisi 6 Maret 2010. Belum melalui editing
Sumber foto : http://fahmiphotogalery.blogspot.com/

Comments (0)