Jumat, 27-02-2009

MAKASSAR, BKM -- Balai Besar Wilayah Sungai Pompengan-Jeneberang mengeluarkan hasil penelitiannya terhadap kondisi Dam Bilibili.

Mereka menyebutkan, volume sedimentasi di dam sudah melebihi ambang batas yakni 62 juta meter kubik.
Bahkan, dari hasil penelitiannya, terdapat 130 juta meter kubik sedimentasi yang sewaktu-waktu bisa tumpah di Dam Bilibili. Sedimentasi tersebut berasal dari patahan Gunung Bawakaraeng yang sudah mulai retak.
Sedimentasi itu akan dibawa oleh Sungai Jeneberang ke Dam Bilibili.
Kepala Bidang Program dan Evaluasi Balai Besar WS Pompengan-Jeneberang, Widiarto mengatakan, jika sedimentasi tersebut tumpah, maka akan berakibat fatal bagi warga yang berada di Makassar, Gowa dan Takalar. Disamping berpotensi menimbulkan banjir, pasokan air bersih dan listrik dipastikan terganggu.
"Kita sudah berupaya agar hal itu tidak sampai terjadi. Upaya kami misalnya, membuat 10 unit sabo dam dan penghijauan," katanya usai mengikuti kunjungan kerja Departemen PU di Kantor Gubernur Sulsel, kemarin.
Dam Bilibili yang terletak di Kecamatan Paralloe, Kabupaten Gowa memiliki kapasitas listrik 20 mega watt, memasok air baku ke PDAM 100 liter per detik dan mampu meminimalisir potensi banjir dengan jarak 95,5 kilo meter persegi sampai Makassar.
Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Sulsel Tan Malaka Guntur saat memimpin pertemuan dengan Departemen PU mengatakan, sedimentasi tidak hanya datang dari Gunung Bawakaraeng. Sedimen juga disebabkan oleh pengikisan sungai akibat erosi.
Kondisi ini, kata dia, jangan dibiarkan berlarut-laut. Sebab bisa mengancam keselamatan khalayak banyak.
"Sudah ada peraturan dari pusat bahwa pemerintah setempat harus ke wilayah sungai Jeneberang," terangnya.
Ia menambahkan bahwa penanganan Dam Bilibili harus dilakukan bersama-sama. Tidak hanya pemerintah di Kabupaten Gowa, tapi ada sinergitas dari seluruh kabupaten serta peran serta masyarakat.

Comments (0)