Wawancara Rektor IAIN Sultan Amai Gorontalo, Prof Dr Muhammadiyah Amin, MA
Selasa, 10-04-2007


Kemajuan Gorontalo begitu pesat setelah berpisah dengan Sulawesi Utara (Sulut) beberapa tahun silam. Provinsi yang dinahkodai Fadel Muhammad ini bahkan menjadi percontohan daerah pemekaran.
Banyak investor berminat menanamkan modalnya di daerah dengan penduduk mayoritas muslim ini. Selain cukup menjanjikan, sebagai pemimpin berlatar belakang pengusaha, Fadel paham betul keinginan pengusaha agar proses birokrasi tidak berbelit-belit. Hasilnya cukup membanggakan. Hanya dalam jangka beberapa tahun, provinsi ini berubah menjadi daerah primadona baru.
Namun, saat daerah ini berbenah, pengaruh negatif kemajuan tekonologi dan pembangunan mulai kelihatan. Daerah yang dulu terkenal agamais ini berubah menjadi daerah bebas. Beberapa lokalisasi mulai kelihatan. Bar dan Tempat Hiburan Malam (THM) bermunculan. Begitu juga kebebasan bergaul para siswa dan mahasiswa.
IAIN Sultan Amai Gorontalo sebagai satu-satunya perguruan yang mencetak ulama diberi tanggung jawab menangkal perubahan negatif ini. Bagaiamana upaya IAIN ini mengatasi persoalan moral di Gorontalo? Wartawan BKM, Tri Suharman berhasil mewawancarai Rektor IAIN Sultan Amai Gorontalo, Prof Dr Muhammadiyah Amin, MA di Singgasana Hotel, 7 April lalu. Berikut petikannya.

+Beberapa informasi menyebutkan praktek prostitusi dan narkoba mulai marak di Gorontalo. Betul seperti itu Pak?
-Benar. Akibat perkembangan yang begitu pesat, Gorontalo dewasa ini cenderung mengalami proses metamorfosis dimana pemahaman masyarakat khususnya generasi muda semakin modern. Bahkan unsur negatif dan positif pun sulit dibedakan.
+ Apa yang yang menyebabkan, penyakit sosial ini terjadi?
- Penyakit sosial banyak terjadi di masyarakat, akibat budaya-budaya dari luar yang banyak masuk melalui berbagai perantara seperti media massa dan pendatang-pendatang yang tidak bertanggung jawab.
+ Bagaimana IAIN Sultan Amai Gorontalo sebagai institusi yang berpegang pada unsur agama Islam mengatasi problem ini?
-IAIN sebagi satu-satunya kampus Islami di Gorontalo, yang berorientasi pada unsur keagamaan, memberi pendidikan struktural kepada generasi muda tentang agama sebagai benteng untuk menghalau berbagai dampak negatif modernisasi.
+Pendidikan seperti apa yang diterapkan di Kampus IAIN Sultan Amai untuk menangkal persoalan ini?
-Pada Kampus IAIN Sultan Amai Gorontalo, terdapat tiga fakultas yang menerapkan pola keseimbangan intelektual dan spritual. Ketiga fakultas itu adalah Fakultas Tarbiah dan Tadris, Fakultas Sariah dan Ekonomi Islam dan Fakultas Udzuluddin dan Dakwah. Selain itu, IAIN juga membuka kelas khusus Tafsir Hadis yang membebaskan fasilitas serta pembayaran.
+Apakah pendidikan di kampus cukup untuk memberi pemahaman serta bekal moralitas generasi muda di Gorontalo?
- Tidak cukup. Untuk itu civitas akademika IAIN Sultan Amai diberikan pemahaman moral lebih mendalam dengan cara terlibat dalam berbagai dialog dan seminar Iptek dan Imtaq. Biasanya kegiatan ini dilakukan atas kerjasama IAIN dengan Pemprov Gorontalo.
+Sejauh ini, dialog dan seminar seperti apa yang diberikan kepada mahasiswa?
-Sejak saya menjabat sebagai rektor tahun 2005, dialog dan seminar yang pernah diprogramkan mahasiswa IAIN antara lain membahas tentang penyakit masyarakat seperti prostitusi, narkoba, pemberantasan kemiskinan serta pembenahan internal dan eksternal kampus di bidang keagamaan.
+Apakah ada kendala saat pihak kampus ingin mengembangkan mutu mahasiswa IAIN?
-Sejauh ini, syukur alhamdulillah kami tidak pernah mengalami kendala yang berarti. Hanya saja masalah teknis dan program peningkatan mutu ini saya harapkan lebih ditingkatkan supaya mahasiswa dapat menelaah semua ilmu yang dibahas secara intensif dan maksimal.
+Bagaimana pendapat Bapak tentang dampak buruk kemajuan teknologi, seperti handphone yang digunakan untuk aktivitas pornografi. Sekarang kan lagi tren rekaman syur mahasiswi di ponsel-ponsel?
-Menurut saya, aksi pornografi yang di lakoni oknum mahasiswa seperti yang santer di masyarakat perlu di berantas. Untuk itu perlu kesadaran mahasiswa untuk mencegah perbuatan maksiat ini, dengan cara banyak memperlajari dan mengetahui ilmu agama sebagai penyeimbang ilmu pengetahuan umum, seperti yang kami terapkan di Kampus IAIN Sultan Amai Gorontalo.
+Bagaimana respon masyarakat terhadap IAIN Sultan Amai dan bagaimana pandangan Bapak, tentang mahasiswa IAIN sekarang?
-Respon masyarakat terhadap Kampus IAIN sangat tinggi. Buktinya, hampir semua masyarakat Gorontalo menyekolahkan anaknya di kampus kami. Tentang mahasiswa IAIN Sultan Amai, saya melihat saat ini cukup mencerminkan generasi muda yang produktif disamping mempunyai pemahaman keagamaan yang sangat baik. Justru itu, metode yang diterapkan dalam Kampus IAIN Sultan Amai Gorontalo adalah salah satu solusi yang sangat efisien dalam menghalau intervensi negatif yang banyak melanda bangsa kita.

Comments (0)